Home » » Reportase Kenduri Cinta Januari 2014: AHMAQ!

Reportase Kenduri Cinta Januari 2014: AHMAQ!

Written By Unknown on Kamis, 16 Januari 2014 | 07.09

Jumat malam tanggal 10 Januari 2014, Kenduri Cinta kembali digelar di pelataran Taman Ismail Marzuki. Meski hujan masih turun rintik-rintik dan menyisakan genangan air di mana-mana, satu demi satu jamaah datang merapat. Sesudah ayat-ayat suci Al-Qur’an dilantunkan, kelompok musik Biang Kerok Band turut menghangatkan suasana dengan membawakan beberapa lagu Betawi.

Judul yang diangkat kali ini merupakan elaborasi dari satu term yang sempat disebut pada Kenduri Cinta bulan sebelumnya, yakni ahmaq. Nabi Isa ibn Maryam pernah menyatakan bahwa ahmaq merupakan satu-satunya penyakit yang tidak mampu Beliau sembuhkan. Satu-satunya obat bagi penyakit ahmaq adalah kematian, demikian Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata.

Telah hadir di panggung beberapa pembicara untuk sesi diskusi yang pertama. Bang Biem mengatakan bahwa di wilayah partai politik juga terdapat orang-orang ahmaq. Namun hal ini tidak lantas membuat Bang Biem undur mencalonkan diri lagi pada 2014 nanti. Mengambil sudut pandang yang berbeda, Bang Amsar Dulmanan mengingatkan bahwa ahmaq tidak hanya terdapat pada diri orang lain tapi juga pada diri kita sendiri. Kita harus menyadari hal ini supaya bisa menyempurnakan diri.

Ustadz Nurshofa menambahkan bahwa lawan kata dari ahmaq bukanlah pintar atau mahir, melainkan haunan (rendah hati). Tidak ada satu manusia – bahkan para nabi sekalipun – yang terbebas dari sifat ahmaq ini kecuali Nabi Besar Muhammad SAW. Oleh karena itu, kita harus terus berusaha membuang rasa bangga yang berlebihan terhadap apa yang kita miliki. Bisa saja kenikmatan yang selama ini diijinkan Allah untuk menjadi milik kita adalah bagian dari istidraj, di mana Allah membiarkan dan mengulur waktu sampai tiba hari pembalasan. Ketika kita tidak meletakkan rezeki pada tempatnya, ketika itulah yang terjadi merupakan istidraj.

Kunci Kemanusiaan

Sebelum lebih jauh memaknai tema ahmaq, Cak Nun meminta seluruh jamaah jangan sampai terpeleset sehingga bahasan ini justru menjadi situasi menertawakan orang bodoh. Kita tidak akan merayakan kebodohan orang lain, karena kita bukan lalat yang menikmati borok. Kita tetap punya prasangka baik dan kearifan karena ada persentase dari keahmaqan itu yang alamiah sifatnya – yang kemudian oleh pemilik modal dan penguasa politik ditunggangi sehingga menjadi subur. Untuk itu, pemahaman mengenai ahmaq tidak boleh terhenti pada individu.




Ada suatu peristiwa di mana Rasulullah menyebut kata ahmaq, yakni ketika sekelompok orang memuji-muji tokoh yang ahli ibadah di depan Rasulullah. Beliau bertanya apakah para ahli ibadah itu menggunakan akal mereka atau tidak. Orang-orang yang nanti memiliki pintu untuk berdekatan dengan Allah, ujar Rasulullah, adalah orang-orang yang menggunakan akalnya dengan benar.

Akal merupakan kunci dari kemanusiaan. Akal adalah ketika otak mendapat sentuhan iradah dan ilmu Allah sehingga terjadilah proses berpikir. Peristiwa materiilnya mungkin berupa gelombang atau magnet dari Allah ke ubun-ubun kepala manusia. Akal adalah komposisi antara hardware dan software. Maka, kunci kesehatan di Maiyah adalah jangan pernah sekali pun menggunakan akal secara tidak tepat atau tidak jujur. Ketidaktepatan ini akan mempersulit susunan urat syaraf dalam otak sehingga terjadi disorganisasi dan kepemerintahannya hilang. Akibatnya ketika otak memberikan instruksi kepada jantung, ginjal, paru-paru, dan organ lainnya, terjadi kekacauan yang kita kenal sebagai penyakit.

Mengakali seharusnya merupakan kata kerja yang paling baik, yang maknanya memperlakukan segala sesuatu dengan fungsi akal. Manusia mengakali padi menjadi nasi, petir menjadi listrik, melalui proses teknologi. Tapi di Indonesia kata ‘mengakali’ tidak dapat dijadikan idiomatik sebab kata ini sejak awal sudah diyahudikan, dibalikkan substansi maknanya. Ta’qilun bukan diterjemahkan sebagai ‘mengakali’, melainkan ‘berpikir’. Terjadi pembelokan dari level substantif ke level aplikatif.

Dalam konsep akal dan mengakali ini, ahmaq berarti rendahnya fungsi akal dalam struktur kejiwaan manusia. Ahmaq tidak hanya terdapat pada individu, tapi juga pada unsurnya yang teraplikasikan dalam banyak hal.

Ciri-Ciri Ahmaq

Setidaknya ada dua ciri ahmaq yang mendasar. Pertama, dia sudah mandeg, tidak bisa diajak berdialog, berpikir bersama, rembugan, sehingga banyak sekali hal yang dilekati harga mati. Padahal tidak ada yang harga mati dalam hidup ini kecuali Al-Qur’an. Kedua, dia gampang ditipu – dan dengan demikian tidak punya kemungkinan lain kecuali kalau ada kesempatan menjadi gampang menipu.
Secara segmentatif kita bisa menyebut fenomena hostage syndrome, di mana orang yang tersandera justru akhirnya mencintai si panyandera hanya karena diperlakukan dengan baik olehnya. Inilah situasi manusia.
Kita bukan anak kecil yang ahmaq, sehingga kita tidak tersandera oleh keadaan apapun – baik oleh pemerintahan yang buruk, oleh sistem yang salah. Kita tetap punya pemberontakan yang obyektif, rasional, dan intelek terhadap keadaan apa adanya. Kita tidak boleh secara psikologis terkena hostage syndrome. 
Menggunakan analogi roti dan tai, banyak dari kita sekarang yang sudah tidak mengerti bedanya roti dan tai. Seluruh tayangan televisi kita lahap habis karena kita menyangkanya roti. Kalau kemudian datang orang yang memberi tahu bahwa yang kita makan adalah tai, kita justru marah-marah. Inilah proses keahmaqan, di mana hidup kita menyempit dalam satu fenomena.

“Siapa yang dulu pertama kali menggambar Pangeran Diponegoro seperti itu? Siapa yang bilang bahwa Beliau memakai sorban? Saya ingin ada ahli sejarah yang bisa membuktikannya, sebagaimana saya siap membawa pakaian Beliau, sebuah fakta material sejarah. Kalau kita tidak pernah menanyakan itu, berarti kita ahmaq karena tidak mampu memikirkan yang lain.”

“Intinya kita jangan terlalu kerasan bersalah paham terhadap sesuatu, apalagi terhadap tokoh sejarah. Yang bilang Gajahmada seperti patung di Trowulan itu siapa? Itu karena pandangan sejarawan yang materialis sehingga ketika membayangkan sosok panglima perang yang menaklukkan berbagai tempat sampai ke Asia dan Eropa, mereka membayangkan sosok yang gagah perkasa. Padahal Gajahmada itu kurus, seperti Begawan Abiyasa dalam pewayangan. Gajahmada adalah seorang ruhaniawan yang kuat dan sakti.”

“Di Indonesia ada banyak sekali hal-hal yang harus kita cari kebenarannya. Dari Diponegoro, Gajahmada, sampai Reformasi tidak ada orang yang benar-benar mencari. Peringatan reformasi bahkan tidak ingat siapa pelakunya – dan saya tidak menuntut atas ini. Saya punya banyak sekali rahasia yang tidak akan saya bukukan. Tapi kalau suatu saat Allah mewajibkan, entah lewat apa, akan saya lakukan apa saja baik untuk menyembunyikan atau untuk menjelaskannya. Semua akan saya lakukan asal itu kewajiban dari Allah. Saya tidak penting, saya tidak mau menonton diri saya. Emha itu nggak penting. Itu adalah masa silam yang diliput. Yang saya kerjakan adalah masa kini dan masa depan.”

Pilih Pesta atau Evakuasi

Kita harus tetap terbuka terus-menerus, berani memikirkan dan memimpikan perubahan sedahsyat-dahsyatnya kecuali untuk yang sudah baku dari Allah, yaitu Al-Qur’an. Tahun 2014 merupakan tahun pergantian kekuasaan politik di mana seluruh energi, keuangan, pemberitaan, hati, pikiran, semua dikerahkan ke sana. Tapi, jangan-jangan akan ada sesuatu yang menyibukkan kita di luar politik – sesuatu yang lebih nasional, lebih seram, dan lebih menyerap tenaga.
“Saya tidak akan buka rahasia tapi saya harus membukakan pintunya. Misalkan Anda punya uang, apakah akan Anda gunakan untuk pesta atau untuk menolong orang? Karena lebih baik menolong orang, sebaiknya keputusan apa yang Anda ambil? Tidak udah pesta sekalian, atau pesta dulu baru di tengah jalan kita menggunakannya untuk menolong orang? Ibaratnya kita sedang bikin pesta kemudian tiba-tiba ada bencana. Akhirnya uang yang diniatkan untuk membiayai pesta harus digunakan untuk keperluan evakuasi. Saya punya perjanjian untuk tidak membicarakan ini, tapi mohon diingat kata-kata kuncinya: pesta atau evakuasi?”

Gua Kahfi Gua Hati

Menurut tafsir itsari, yang dimaksud dengan gua kahfi adalah gua hati. Di mulut gua ada anjing (kalbun), dan baru di dalamnya ada hati (qalbu). Jangan mengatakan telah beriman kalau hanya sekadar ucapan, begitu pesan yang terkandung dalam Surah Al-Hujurat ayat 14. Fenomena inilah yang sekarang banyak terjadi, di mana anjing meneriakkan sesuatu yang bukan berasal dari kedalaman qalbu.

Menanggapi pernyataan dari Ustadz Wijayanto tersebut, Cak Nun menambahkan bahwa peristiwa ashabul kahfi bisa dielaborasi menjadi hikmah di mana manusia adalah makrokosmos. Setiap gejala mikrokosmos harus ditarik ke makrokosmos, sebagaimana setiap materi harus ditarik ke esensi, dan setiap esensi harus diterjemahkan ke materi. Pada interval di antara materi dan esensi itulah tempat perdebatan. Syaratnya adalah kerendahhatian dan ketidak-ahmaqan. Ahmaq dalam wilayah ini akan menyebabkan peperangan.
Misalkan kita lihat dari sudut pandang kaki si anjing Qitmir yang menjuntai ke depan. Karenanya, tidak ada satu orang pun yang berani masuk ke gua itu selama sekian dekade karena mengira di dalamnya terdapat sarang anjing. Pada drama Kekasih Anjing yang saat ini sedang dalam proses penggarapan, Pak Joko Kamto secara ideologis dan sufistik berkata kepada Allah, “Saya nggak perlu jadi ashabul kahfi; saya dijadikan kaki si anjing saja sudah senang”. Allah meningkatkan harga diri orang-orang yang berani membanting martabatnya di depan Allah.

Manusia digoda dengan surga dan ditakuti dengan neraka supaya alih fokus, padahal fokus Allah adalah pada diri-Nya sendiri dan keselamatan manusia. Surga dan neraka adalah bias – yang mayoritas manusia tergoda olehnya.  Maka ayat-ayat Allah pun bermacam-macam jenisnya; ada yang berupa perintah, ada yang mengajak dialog di mana Allah membuka ruang-ruang diskusi bagi hamba-hamba-Nya, ada pula ayat-ayat sindiran. Ahmaq yang hanya mengerti hitam-putih dan buta terhadap warna-warna selain itu tidak akan mengerti bahasa sindiran Allah.

Bahasa Sejati

Secara pengucapan, terasa bahwa kalbu itu di depan, sementara qalbu di dalam. Sayangnya Bahasa Indonesia kacau, karena modernitas kita gengsi pada huruf qof. Perlu ada pembakuan kembali penulisan huruf hijaiyah supaya kita tidak semakin jauh dari kesejatian.
Dari bahasa saja, Allah membimbing bangsa tertentu untuk memilih kesepakatan bahasa karena oleh Allah telah di-set up akan menjadi hulu hilir dari bunyi dan makna. Yang diajarkan kepada Nabi Adam adalah bahasa sejati, yaitu bahasa yang diciptakan oleh Allah sendiri dan muncul di berbagai bahasa. Contoh sederhananya adalah bunyi orang tertawa, bunyi orang bersin.

“Saya sedang mencari kata sejati atau dalam kebudayaan disebut ibu kata. Ibu dan bukan bapak – ini juga termasuk rahasia Allah. Di dalam Al-Qur’an ada benda-benda non-gender yang oleh Allah di-gender-kan. Secara kosmologi dia punya fungsi. Contohnya bumi, ia adalah ibu – setiap hari kita injak dan dari sanalah kita hidup. Sebagaimana ibu yang merupakan icon dapur, Bumi memiliki senjata yang jauh lebih menghancurkan daripada senjata yang dimiliki sosok bapak, yaitu api.”

Efek api bukan hanya kebakaran. Magma krakatau yang berada 12 kilometer dari puncak ternyata bukanlah pusatnya. Dasar Merapi justru lebih dalam lagi, sehingga nanti kalau Merapi bergolak akan menyebabkan guncangan dari Aceh sampai Flores. Di sanalah dapur utama gunung berapi, paku bumi. Merapi juga merupakan satu-satunya gunung yang tidak dapat dipahami oleh Vulkanologi. Semeru besar dan tinggi, tapi bisa ditembus sehingga semburan-semburan bisa didistribusikan untuk mencegah terjadinya ledakan besar.
Perilaku Merapi yang misterius itu membuat Profesor Katili dari ITB dulu berpesan sebelum Beliau meninggal kepada para vulkanolog, “Kalau nanti ilmu kalian sudah tidak mampu memahami perilaku gunung, kembalilah ke Mitologi”.

“Pekerjaan Anda adalah mencari yang sejati karena Anda adalah bagian dari yang akan menyelamatkan. Kepalsuan dan pemalsuan sudah sedemikian dominan di dalam kehidupan kita sekarang, maka harus ada pekerja lain yang disebut gharib. Harus ada orang yang berani memimpikan perubahan-perubahan yang tidak mainstream. Tolong Anda cari kesejatian dan kedalaman itu. Anda datang ke sini kan bukan karena ingin pergi ke mana-mana, melainkan ingin datang ke dalam dirimu sendiri. Kalau engkau kehilangan dirimu, engkau kehilangan qalbu; yang tersisa hanyalah kalbu.”

Bahasa sejati ini juga terdapat di ranah musik. Ada nada sejati, ada aransemen sejati. Mungkin ada beberapa aransemen yang sederhana, tapi sifatnya abadi. Orang-orang yang berada dijalan dan kasih sayang Allah akan dipinjami keabadian itu sehingga karya-karyanya akan abadi.
“Anda jangan putus asa dengan situasi politik. Kalau hanya melihat politik, Anda hanya akan melihat kemiskinan, kedangkalan, kesempitan, kekhawatiran, dan kecemasan. Hidup jauh lebih luas daripada itu. Anda harus percaya bahwa Indonesia bukan milik pemerintah dan politisi Indonesia, melainkan milik seluruh rakyat Indonesia dan Allah. Saya optimis 2014 – 2017 amhilhum ruwaida sudah mulai dicicil oleh Allah.”
Begitu banyak kemungkinan dalam hidup, maka Maiyah mengangkat jaring dari tengah, di mana wirid dan ilmu berada dalam proporsi yang tepat. Kita berusaha memberi kemungkinan komprehensif terhadap seluruh fenomena hidup. Materi penting, tapi dia tidak bisa berjalan sendiri. Substansi penting, tapi dia juga membutuhkan yang lain. Esensi penting, tapi juga jangan esensi saja.

Perdagangan dengan Allah

“Kalau ke penelitian, saya belum punya wacana apakah sebelum Muhammad Rasulullah sudah ada orang yang bernama Muhammad atau belum. Kenapa di Al-Qur’an disebut namanya Ahmad sementara nama aslinya Muhammad, itu juga Allah sengaja memberi lubang-lubang untuk diserang sehingga kita punya mekanisme pertahanan. Allah suka melatih Anda, menjadi sparing partner Anda, supaya Anda terlatih mempertahankan sesuatu.”

“Saya sendiri tak pernah mau terlibat dalam serang-menyerang atau kritik-mengkritik antara Islam dengan Kristen dan lain-lain, maka mohon maaf saya tidak pernah mau dialog teologi. Saya maunya dialog sosial, kerja sama, bareng-bareng bikin warung, bikin kebaikan. Kalau dialog teologi saya tidak mau sebab saya tidak punya masalah dengan teologi saya. Sudahlah Anda peluk milik Anda, saya peluk punya saya, yang penting outputnya berupa kebaikan bersama di antara kita. Saya ini menang saja tidak mau, apalagi kalah. Saya tidak percaya pada kemenangan dan kekalahan antarmanusia kecuali dalam olahraga. Yang nomor satu pada manusia adalah harus menang terhadap dirinya sendiri. Jangan salah tujuan, jangan tertukar antara jalan dan tujuan, dan jangan tidak tepat dosis.”

Misalkan Anderson Silva, juara kelas menengah MMA selama 7,5 tahun, kalah ketika melawan Chris Weidman. Silva sangat mahir mengelak dan pintar mencari momentum sehingga bisa memperkirakan jangkauan lawan dan momentum-momentum tendangan lawan. Weidman mampu mempelajari kekuatan Silva ini sehingga akhirnya mampu men-TKO Silva.

Seorang jamaah menanyakan beberapa hal terkait berdagang. Sampai mana dan pada hal-hal apa saja kita harus meneladani cara berdagang Nabi.“Untuk masalah dagang, saya tidak bisa menasihati Anda apapun kecuali mengajak Anda bersama untuk menjadi manusia yang orang lain merasa aman dan percaya dengan Anda. Semakin Anda mampu bikin klien Anda aman, semakin meningkat omset Anda. Orang yang merasa aman cenderung menitipkan apapun, entah itu rumah, proses dagang, aset.”

Di dalam perdagangan ada berbagai peristiwa pembeli. Yang pertama, pembeli mencari barang atau produk. Yang kedua, pembeli tidak perlu lama-lama mencari produk melainkan langsung njujug ke brand tertentu. Yang ketiga, brand sudah tidak penting lagi. Pembeli percaya pada si penjual sehingga dia mempercayakan pilihan sepenuhnya kepada penjual. Pada level ini yang terjadi adalah trust. 

“Kalau Anda mengalami kesulitan-kesulitan, itu namanya orang hidup. Selalu ada naik-turun. Yakinlah bahwa tidak ada keadaan yang tidak memberi Anda ilmu dan kesadaran baru. Bisa saja Anda rugi uang tapi laba ilmu, laba kesadaran baru, laba kesabaran dan ketabahan. Dalam perdagangan dengan Allah, yang utama bukanlah keuntungan materi melainkan ridho Allah. Tidak masalah saya masuk neraka, tak jadi soal saya menderita, tidak apa-apa saya tidak punya derajat hidup, asalkan saya dinilai Allah lulus sehingga Dia tidak marah pada saya. In lam takun ‘alayya ghodhobun fala ubali.”

Ada tiga macam uang dalam hidup ini, yaitu: uang transaksi (sesedikit mungkin ketika mengeluarkan), uang orang butuh (tidak apa-apa keluar banyak, tapi ada unsur tidak ikhlas), dan uang orang bersyukur (dikeluarkan dengan ikhlas tanpa menghitung-hitung). Hanya Rasulullah yang berani tidak bertransaksi. Beliau punya faktor lain dalam berdagang, yakni penghormatan orang kepada Beliau sebagai Al-Amin.
“Doa saya adalah jangan sampai anakku makan sesuap nasi pun yang bukan berasal dari uang rasa syukur sesama manusia, entah bentuknya seperti apa terserah Allah.”

Beberapa tahun belakangan semakin marak keajaiban sedekah. Kalau kita menyedekahkan sekian harta, kita akan mendapat sekian kali lipatnya. Hal ini terkesan baik dan mulia, tapi ketidaktepatan dalam niat menjadikan sedekah bukan lagi sedekah melainkan sekadar jual-beli. Sedekah adalah menyebar, berbagi, bukan untuk mencari rezeki.

“Mungkin memang kan dapat balasan, tapi saya tidak berani berbuat begitu. Sedekah ya sedekah. Saya hanya gagah berani terhadap diri saya sendiri. Terhadap Allah saya tidak berani. Terhadap diri sendiri saya sangat radikal revolusioner, tapi terhadap orang lain saya sangat moderat evolusioner.”

Pukul 03.20 Kenduri Cinta Januari 2014 ditutup dengan doa bersama. Tapi sebelumnya, Cak Nun menyampaikan pesan, “Anda memasuki 2-3 tahun di mana keadaan akan lebih sulit buat Anda – bisa di bidang pangan, keuangan, keamanan sosial, keamanan alam. Anda akan menghadapi bulan-bulan dan tahun-tahun yang sulit. Tapi yang sulit adalah keadaannya; Anda tidak harus menjadi kesulitan sebab Anda mengerti sela-sela hujan, mengerti bahwa ada makro di dalam mikro, punya ilmu ruhani di mana Anda menemukan 5 meter kali 5 meter di dalam 1 milimeter persegi. Indonesia adalah bagian dari dirimu, dunia adalah bagian dari dirimu. Anda harus lebih luas dari semua itu. Sesulit apapun keadaan, Anda harus lebih luas.” [Red KC/Ratri Dian Ariani]
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog pencerahan ini, Semoga bermanfaat untuk kita semua. Silahkan berkomentar atau meninggalkan link teman-teman dengan santun peseduluran.

 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Pencari Hakikat - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger