Salah satu kelemahan orang Islam adalah tidak bisa menaklukkan
kehendak pribadi yang nuaris mendeksti nafsu. Saya menjadi sastrawan,
saya menjadi saya seperti yang anda kenal adalah bukan kehendak saya.
Saya tidak mau menghabiskan waktu hanya untuk mengikuti kehendak
pribadi. Kalau menurut kehendak saya, waktu tidak akan pernah cukup.
Kalau kemauan saya cari hiburan, menjadi sarjana, presiden atau yang enak-enak lainya.
Seluruh
kehendak saya datang dari luar kehendak pribadi (Allah). Saya harus
menciptakan suatu metabolitas supaya yang datang menyentuh saya hanya
kehendak-kehendak yang baik, kalau kehendaki yang buruk semoga tidak
menimpa saya, entah orang yang punya maksud tidak baik, pemerintah,
ilmuwan atau pihak berwajib lainya. Saya berdo'a kepada Allah semoga
kehendak buruk tersebut menjauhi saya.
Jadi hidup ini saya
penuhi untuk, perama, menggalai kepekaan terhadap "maadza arooda allahu
ilaiyya" (apa yang Allah kehendaki terhadap diri saya). Dengan ini
Allah memberi potensi dan wasilah yang beraneka ragam. Dibalaik itu
semua, Allah pasti memberi amanat, "maadza arooda allahu ilaikum. . ."
itulah pekerjaan saya yang nomor satu. Dalam surat Yasin (36) ayat 82,
Artinya :
"Sesungguhnya keadaan-Nya (Allah) apabila Dia menghendaki sesuatu, lalu Dia berkata 'jadi' maka jadilah ia".
Nomor
pertama, "Amru" atau amanat (Innama Amruuhu), ketiga Qoulullah
(Yaqulullahu), dan keempat adalah efeknya : jadi! (kun!), dan sebagai
konsekwensi atau akaibatnya adalah jadilah (Fa yakun) sedang Irodah atau
kehendak Allah itu unsur kedua.
Maka saya tidak berani
berkehendak kalau tidaak yakin bahwa kehendak itu berangkat dari Innama
Amruhu, sebab sehebat-hebatnya kehendak saya, misalnya : ingin jadi
presiden, orang terkenal dan lain sebagainya, kalau tidak berangkat dari
"Amruhu" tadi, maka hasilnya tidak maksimal. Ya . . . mungkin anda bisa
mencapai apa yang dikehendaki, tetapi hanya sebatas hanya yang
kehendakai saja, karena anda lebih percaya pada kehendak anda. Kalau
amanat Allah, lho . . . kok ana tidak percaya pada amanat Allah . . .?!.
Siapa yang nomor satu dalam hidup anda. Kalau tidak menomorsatukan
Allah berarti anda tidak percaya"Qul Huwahhalu Ahad", anda tidak beriman
kan . . . ?!. Jadi tugas muslim yang pertama adlah mengetahui apa yang
Allah kehendaki terhadap diri mereka. Kalau itu yang anad jalankan, dan
ketemu, maka anda akan mendapatkan kehendak Allah tersebut berlipat
ganda, buktinya sekarang saya sampai kekurangan waktu untuk menulis
ayat-ayat Allah di koran-koran, di majalah-majalah, dan di buku-buku
lain-lainya. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat 261, Artinya :
"Dan setiap ranting terdapat seratus buah"
Kalau
saya bercita-cita jadi sastrawan, paling jadi sastrwan, gampang
sekalikan. .! Aku tak perlu mengurusi sekolah, ummat Islam, rapat akbar
NU, kesenian, Abdurrahman Wahid, dan kalau saya bercita-cita ingin
menjadi Ulul Albab, paling jadi begitu saya. Saya nggak tahu puisi,
nggak bisa ketemu anda (Tim Ekspedisi 8 Windu Darussalam Pos), nggak
ketemu TERISDA (Teater Islam Darussalam). Saya nggak pernah mengandalkan
kehendak saya, maka nggak heran kalau sekarang kerepotan dikarenakan
banyaknya amanat Allah yang tidak dijalankan 99% umat manusia, karena
mereka hanya menjalankan hawa nafsu mereka masing-masing. Jangan
disangka bahwa bercita-cita jadi ini, jadi itu bukan hawa nafsu . . .!
Biasanya,
orang modern menyuruh anaknya jadi kyai, dokter atau yang lainya. Itu
nafsu. Ibarat orang masuk hutan, ia hanya mengambil kayu jati saja.
Kalau ketemu besi, maka besi itu dibiarkan saja. Tapi lain halnya dengan
saya. Saya masuk hutan dikarenakan amanat Allsh (Amruhu), saya disuruh
menyuruh hikmah apa saja yang ada di dalamnya, apaun saya temui di hutan
tersebut adalah hikmahnya. Kalau ketemu rumput saya syukuri, saya
nikmati, dan sya pelajari. Akhirnya saya bisa ketemu semuanya. Kalau
anda masuk hutan hanya untuk mencari kayujati, lalu tersentuh besi anda
tidak menoleh. Sama saja akalu anda mencari uang, lain halnya kalau
mencari amal, anda akan mendapat uang, kehormatan, karomah, dapat
pergaulan dan lainya. Seperti orang Cina yang mencari uang, disamping
itu mereka juga mendapat kebencian dari orang lain dan memperoeh dosa.
Bukan
berarti saya menyuruh anda menarik cita-cita masing-masing, tapi jangan
lupa bahwa Allah itu mempunyai kehendak yang dsangat baik terhadap diri
anda. Kalau anda sekolah di tempat saya, maka soal pertama yang saya
lontarkan adalah :"maadza arooda allahu ilaika . . .?" (Apa yang Allah
kehendaki terhadap diri anda . . .?) kalau anda menjawab "liya'bud"
(untuk menyembah) itu yang abstraknya, tapi apa sebenarnya yang
dimaksudkan menyembah di sini, apakah jadi petani, sastrawan, penulis
puisi . . .? Mencari kehendak Allah itulah yang merupakan perjalanan
yang panjang, sunyi, penuh liku-liku yaitu berjalan dalam diri sendiri.
Selama
ini anda di didik untuk menju perjalanan melalui luar diri anda, punya
ini, punya itu, anada pikr itu semua alat untuk mencapai kebahagiaan
anda . . .? Padahal kebahagiaan itu tidak bis diwakili dengan itu semua
(Harta kekayaan, tahta, wanita, dll). Banyak orang yang mencari Allah
melaui jalan luar diri mereka, baca buku tentang konsep ketuhanan,
teologi, filsafar, wah . . . banyak sekali . . .! Merka fikir Allah ada
dalam buku-bku tersebut. Tidak begitu, tapi yang sebenarnya ada di dalam
diri anda sendiri, kalau anda sangat paham dengan ayat yang sering
diucapkan di muhadloroh pada surat Al-Kahfi (18) ayat 109,Artinya :
Katakanlah
: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menuliskan)
perkataan-Ku, niscaya keringlah laut tersebut sebelum habis perkataan
Tuhan sekalipun. Kami datangkan tita sebanyak itu lagi sebagai
tambahan".
Selama di Gontor anda menyangka ilmu nun jauh
di sana. Tidak begitu, yang benar adalah : "Lau Kaana al-Bahru Midaadan
Likalimaati Robbii Ji'na Bimitslihi Madada".
Karena kalau
anda sudah sampai di situ, tahu "maadza arooda allahu ilaikum" (apa
kehendak Allah terhadap anda). Maka terbukalah semua dasar ilmu Allah,
walaupun anda tidak bisa melihat seluruhnya, anda bisa melihat "Kalimata
Robbi" sehingga tidak cukup waktu, koran, majalah, untuk menulisnya
(Kalimatu Robbi), karena kalimatu "Rabbi" itu luar biasa banyaknya, oleh
karen itu Al-Ghazali mengatakan bahwa harta dengan ilmu bertentangan,
kalu ilmu anda yang dijaga, sedangkan harta anda yang menjaganya, maka
saya bilang fasal nomor satu ialah "Anta 'rifuu Maadza Arooda Allahu
Ilaikum" (apa kehendak Allah terhadap anda), itu artinya menuntu ilmu.
Selama
ini banyak yang menyangka ilmu itu hanya ada di bangku sekolah dan
perguruan tinggi saja. Itu semua betul. Tapi bukan jalan satu-satunya,
saya sendiri bisa membuktukannya (tidak melalui bangku sekolah).
Silahkan anda buat ring antara saya dengan kaum ilmuwan. Bukan saya mau
berbesar diri, tapi saya mau membuktukan bahwa apa yang saya katakan itu
benar. (Repositori Emha Ainun Nadjib)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog pencerahan ini, Semoga bermanfaat untuk kita semua. Silahkan berkomentar atau meninggalkan link teman-teman dengan santun peseduluran.