PUTARAN zaman yang sedang kita alami sedang berada pada masa surup.
Orang Jawa bilang wayah surup. Menjelang senja. Asar hampir habis,
magrib akan tiba. Sedang berlangsung pergantian antara terang dengan
kegelapan.
Kata para nabi, jangan tidur pada saat-saat
demikian. Kalau seseorang tidur menjelang sampai melewati magrib, ia
akan mengalami beberapa kebingungan kejiwaan. Rohani manusia sedang
sangat lemah. Bahkan dekat dengan kegilaan. Itulah sebabnya, para tukang
santet dan tenung sangat menggemari saat-saat demikian dan
menggunakannya untuk mengirimkan serangannya, selain saat fajar
menjelang pagi.
Tentu saja surupnya sebuah hari adalah
bagian dari siklus hari, tetapi ada surup-surup lain dalam siklus yang
lebih lama dan lebih besar. Yang sederhana, ada siklus harian, ada
siklus mingguan, ada siklus bulanan, tahunan, periode, era, zaman, dan
seterusnya. Kalau Anda memakai siklus 7, sebagaimana hampir semua
kejadian alam dan sejarah bisa ditandai, maka itu berarti bisa ada
siklus 70 tahun, 700 tahun, 7.000 tahun, dan seterusnya. Sampai 7 juta
tahun, 7 miliar tahun, sampai kalau Anda menghitung maha panjangnya
sejarah alam semesta, maka Anda akan menemukan siklus 7 miliar tahun
cahaya misalnya.
Dari indikasi-indikasinya, Anda bisa
menghitung kapan gempa, berapa skala Richter, kapan ada kepala negara
jatuh, kapan manusia beramai-ramai menjadi binatang dengan segala jenis
perilaku budaya yang dibinatangkan. Pada putaran siklus yang mana azab
atas umat Nabi Nuh, Luth, dan seterusnya dulu berlangsung? Berapa lama
Belanda menjajah Indonesia, berapa lama Jepang menjajah, berapa lama
Soeharto berkuasa, dan sampai batas mana kebohongan reformasi sekarang
ini akan berakhir?
Pemilu 2004 adalah batas terakhir bagi
manusia dan bangsa Indonesia untuk melampiaskan kebodohan, kekonyolan,
dan kehinaannya. Karena sesudah itu tak ada puncak yang lebih puncak
lagi. Tak ada kebodohan yang lebih bodoh lagi. Tak ada kekonyolan yang
lebih konyol lagi. Tak ada kehinaan yang lebih hina lagi.
Di
sekiar waktu 2004 adalah saat pergerakan dua arah: satu arus menuju
kehancuran dan kematian, arus lain menuju harapan dan kehidupan baru.
Anda tinggal mendaftarkan diri kepada yang mana. Di sekitar waktu itu
pula manusia Indonesia sedang menentukan pilihan untuk akan hancur sama
sekali atau percaya kepada harapan baru. Kalau bangsa Indonesia masih
memiliki sisa akal sehat, Pemilu 2004 adalah batas terakhir terciptanya
pemerintah yang jahat dan penghina rakyat kecil. Sesudah itu tak ada
waktu lagi. Kemungkinannya tinggal dua: gila bersama atau ada kemusnahan
yang cukup besar-besaran untuk sebuah matahari baru.
Pada
saat surup mata kita rabun. Tidak memiliki daya tangkap yang objektif
terhadap cahaya dan terhadap kegelapan. Pada saat surup, akal berada
dalam keadaan paling tidak sehat. Orang sudah tidak bisa membedakan
pekerjaan mana yang menyelamatkannya dan mana yang mencelakakannya.
Orang tidak mengerti kapan merasa bangga kapan merasa malu. Orang tidak
paham apa yang harus diungkapkan apa yang harus disembunyikan. Orang
hampir tidak punya parameter tentang hampir apa pun. Tak ada baik dan
buruk, mulia atau hina, elegan atau konyol. Yang dimengerti hanya satu:
yakni menuruti selera dan nafsu sesaat.
Bangsa Indonesia
tahu persis bahwa dirinya sengsara berpuluh-puluh tahun, tetapi mereka
terus menyembah-nyembah tokoh-tokoh yang bukan hanya tak mampu memberi
harapan, tetapi yang bahkan telah terbukti menyengsarakannya selama ini.
Mereka bilang anti-KKN, tetapi tiap hari koran-koran mereka memuat
Taufik Kiemas seakan-akan dia Presiden Republik Indonesia. Semua ribut
anti-Orba, tetapi mereka mengerubungi Mbak Tutut dan mengekspose fotonya
di mana-mana. Seandainya ilmu ini sempit, maka hanya satu kalimat yang
bisa kita ucapkan: "Bangsa ini hanya punya satu bakat, yakni bakat untuk
hancur".
Itulah keadaan surup. Tahukah engkau apa yang
sebaiknya engkau lakukan pada saat surup? Begitu banyak orang, dari
berbagai profesi, yang berbusung dada merasa dirinya sedang berjaya dan
sedikit pun tak mengetahui bahwa sebenarnya dia sedang menuju
kehancuran. (Repositori Emha Ainun Nadjib)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog pencerahan ini, Semoga bermanfaat untuk kita semua. Silahkan berkomentar atau meninggalkan link teman-teman dengan santun peseduluran.