Jauh sebelum jaman Megaliticum, di daerah Tatar Sunda sudah
berpenduduk yang disebut manusia Sunda yang menganut agama Sunda dan
menjalankan tatanan yang disusun menjadi tatanan Sunda. Kepercayaan
mereka mengenai Tuhan yaitu wujud gaib yang tak dapat digambarkan dan
tidak mampu manusia memberi nama-Nya, karena tidak dapat
dibanding-bandingkan dengan sesuatu yang ada di dunia ini; Ku harti moal
katepi,ku akal moal kahontal, ngan karasa ku manusa ‘oleh pikiran tidak
akan tercapai, hanya dengan rasa manusia”
Manusia Sunda pada waktu itu hidup dalam ruang yang disebut komunitas
‘ngabubuhan’ yang dikepalai oleh seorang ‘Daleum’. Tatanan kehidupan
sosial mereka gotong royong ‘liliuran’ dan ‘paheuyek-heuyeuk leungeun’.
Hal yang sangat dijauhi dalam kehidupan mereka adalah ‘mipit teu amit,
ngala teu menta, menta teubebeja, ngagedag teu bewara.” Dan sangat
menghormati tatacara: ngeduk cikur kudu mihatur, nyokel jahe kudu
micarek; tigin kana jangji, bela kana lisan buyut saur larangan sabda,
ulah kabita ku imah bodas, ulah kagendam ku pingping bodas, ulah heroy
ku sangu bodas’.
Betapa tinggi nilai falsafah yang mereka terapkan dalam tatanan kehidupan keseharian mereka.http://www.kalangsunda.net/situsgunungpadang.htm
Mandala Maya (Website) keur sing saha bae nu hayang nyaho kana
pangaweruh Ki Sunda, utamana basa, sastra, sajarah, seni-budaya,
pangaweruh, adat jeung sajabana, pikeun ngaronjatkeun DANGIANG SUNDA.
“SEKILAS Situs Gunung Padang”
Situs Gunung Padang merupakan punden
bangunan berundak peninggalan jaman prasejarah. Situs ini merupakan
salah satu situs megalitik terbesar di Asia Tenggara. Situs terletak di
puncak bukit yang dikelilingi oleh lembah-lembah dan perbukitan. Di
sebelah tenggara terdapat Gunung Melati, di sebelah barat daya terdapat
Pasir Empat dan Gunung Karuhun, di sebelah barat laut terdapat Pasir
Pogor dan Pasir Gombong, dan di sebelah timur laut terdapat Pasir
Malang.
Saksikan situs punden berundak ini yang terbagi menjadi 5 teras
mengerucut dan dibangun dengan batuan vulkanik alami yang berbentuk
persegi panjang (Basalt Collumnar Joint) . Teras pertama merupakan teras
terbawah dan terluas berdenah segi empat. Pada jalan menuju teras
pertama terdapat beberapa batu tegak di kiri kanan jalan. Di depan pintu
ini terdapat susunan batu berdenah segi empat dan beberapa menhir serta
adanya batu lumpang di sudut timur laut. Di teras kedua tedapat
batu-batu tegak berukuran besar. Di teras ketiga terdapat lima kelompok
bangunan yang sebagian besar berupa kelompok batu tegak. Sebagian dari
batu-batu tersebut telah roboh. Di teras terdapat balok-balok batu pada
bagian tengah dan tiga bangunan di bagian timur laut. Bagian barat daya
teras ini berupa tanah kosong. Teras kelima merupakan bagian paling atas
dari situs ini. Pada bagian ini terdapat susunan batu tegak yang
membentuk ruang segi empat. Terdapat juga tinggalan lainnya berupa
tumpukan monolit. Anda akan melihat bahwa situs ini unik dari sisi
visual.
Lokasi: Desa Cimenteng, Kecamatan Campaka
Koordinat : 6°59,664′S 107°3,375′E
———
Koordinat : 6°59,664′S 107°3,375′E
———
Situs Megalitik Gunung Padang”. Situs Gunung Padang terletak di Desa
Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Konon, menurut para
ahli arkeologi, situs ini merupakan situs megalitik terbesar di Asia
Tenggara.
Untuk menuju Situs Gunung Padang, terdapat dua alternatif jalan.
Alternatif pertama adalah jalan utama, mendaki sekitar 370 anak tangga
dengan kemiringan yang cukup tajam, hampir 40 derajat. Alternatif kedua
adalah mendaki sekitar 500 anak tangga dengan kemiringan yang lebih
landai.
Jalan masuk Situs Gunung Padang, di sisi kiri terdapat anak-anak tangga menuju situs
Satu per satu anak tangga kami daki.
Anak-anak tangga ini disusun dari batu-batu berbentuk kolom poligonal
yang dipasang melintang. Dengan sedikit terengah-engah, akhirnya 15
menit kemudian, kami tiba di Situs Gunung Padang. Woww…!! Pemandangan di
depan dan ke belakang betul-betul menakjubkan!
Kami berada di puncak tertinggai dan saya membayangkan saya berada di
pertemuan dengan para Raja-raja Pajaran.dan ada keanehan disekitar
batu-batu yang berserekan,saya seperti ada yang menuntun dan menemukan
batu tapak Kujang dan Batu tapak macan.subhanallah luar biasa.bukan
tipuan dan bukan sihir.adanya.
Situs Gunung Padang ini terdiri dari lima pelataran (bisa juga
menjadi 7 pelataran jika bagian-bagian tertentu di bawahnya dianggap
sebagi pelataran). Masing-masing pelataran berada lebih tinggi sekitar
50-cm dari pelataran sebelumnya.
Pelataran pertama adalah pelataran dengan gerbang kecil yang
terbentuk oleh kolom-kolom batu yang berdiri berhadapan. Pada pelataran
pertama ini terdapat batu-batu berwarna abu-abu berbentuk kolom yang
masih tersusun rapi membentuk ruang persegi panjang. Batu-batuan di
Gunung Padang adalah batuan jenis andesit basaltis yang merupakan hasil
pembekuan magma pada lingkungan sisa-sisa gunung api purbakala pada
jaman Pleistosen Awal, sekitar 2 – 1 juta tahun yang lalu. Karena
pengaruh proses alam, batu-batuan ini membentuk dirinya menjadi
kolom-kolom poligonal segi empat, lima, enam, delapan, yang permukaannya
sangat halus sehingga banyak orang yang mengira batu-batuan ini
merupakan hasil karya tangan manusia jaman dahulu.
Pelataran pertama Situs Gunung Padang
Arsitek megalitik yang diperkirakan hidup
sekitar 6000 (?) tahun yang lalu, menyusun kolom-kolom batu tersebut
menjadi sebuah bangunan berundak-undak yang sangat indah. Sayangnya,
letak batu-batuan tersebut saat ini sudah banyak yang tidak beraturan,
tergeletak begitu saja. Menurut Pak Dadi, petugas di situs Gunung
padang, sebelum dianggap memiliki nilai budaya yang tinggi, Gunung
Padang merupakan sumber kayu bagi para pencari kayu. Banyak pohon-pohon
besar yang tumbuh di sini dan ditebang oleh para pencari kayu. Selain
itu, Gunung Padang juga pernah dimanfaatkan sebagai ladang oleh
masyarakat sekitar. Penebangan dan pengangkutan pohon serta perladangan
lah yang mengubah posisi bebatuan dari posisi aslinya. Untungnya, masih
terdapat beberapa batuan yang tersusun rapi pada posisi aslinya sehingga
nilai-nilai budayanya tidak hilang begitu saja.
Pada pelataran pertama, terdapat batu berbentuk poligon yang disebut
batu gamelan. Konon, pada jaman dahulu, dari arah Gunung Padang ini
kerap terdengar bunyi-bunyi gamelan setiap malam Selasa dan malam Jumat.
Sampai saat ini bunyi gamelan ini sesekali saja terdengar, dikalahkan
oleh bunyi-bunyi dari sumber-sumber suara lain yang lebih modern,
seperti TV, radio, maupun kendaraan bermotor. Salah satu petugas yang
mengantar kami, memainkan batu gamelan tersebut, terdengarlah alunan
musik tradisional Sunda dari pukulan-pukulan batu kecil pada batu
gamelan. Para seniman tradisional Sunda, seperti pesinden, dalang, konon
sering melakukan doa di sini sebelum melakukan pertunjukan.
Kalau merujuk pada sejarah Jawa Barat, Gunung Padang ini diperkirakan
merupakan salah satu kabuyutan yang ditemukan oleh seorang pangeran
Kerajaan Sunda yang berkelana menjelajahi tempat-tempat keramat di Pulau
Jawa dan Bali pada sekitar abad ke-15. Konon, tujuan perjalanannya
adalah untuk meningkatkan ilmu yang dimilikinya.
Pangeran ini adalah pangeran yang mendapat julukan Bujangga Manik.
Dari perjalanannya, Bujangga Manik berhasil mencatat sekitar 450 nama
geografis yang sebagian besar masih dapat dikenali sampai saat ini.
Catatan dalam lembar-lembar daun lontar tersebut sekarang tersimpang di
Museum Bodleian, Oxford, Inggris. Dari catatan tersebut diketahui bahwa
Bujangga Manik pernah melakukan persiapan untuk perjalanan spiritualnya
ke Nirwana di suatu tempat kabuyutan yang ditemukannya di hulu Sungai
Cisokan, Cianjur. Walaupun belum ada kepastian di mana kebuyutan di hulu
Sungai Cisokan yang disebut oleh Bujangga Manik, tetapi satu-satunya
tempat kebuyutan yang ada di hulu Sungai Cisokan – Cikondang, Cianjur
adalah Gunung Padang.
Nampaknya, masih banyak cerita bernilai tinggi yang dapat digali dari
Situs Gunung Padang. Ini tentu saja membutuhkan dukungan para peneliti
arkeologi maupun sejarah. Potensi arkeologi, sejarah, maupun geologi
Gunung Padang yang masih belum digali secara optimal ini merupakan
kekayaan alam dan budaya yang sangat tinggi bagi Cianjur, dan bahkan
bagi Indonesia.
(keajaibandunia.net)
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih anda sudah berkunjung ke Blog pencerahan ini, Semoga bermanfaat untuk kita semua. Silahkan berkomentar atau meninggalkan link teman-teman dengan santun peseduluran.